-->

[SEJARAH] pengaruh kesultanan aceh yang menjadi aliansi ke-khalifahan ustmani

Awal mula kerajaan aceh   

 siapa yg belum tau aceh ? Provonsi aceh darussalam yg terletak dibagian ujung utara sumatera bagaian dari provinsi indonesia saat ini, provinsi aceh diberikan gelar hak otonomi khusus hingga saat ini makanya dijuluki aceh darussalam, 

Masjid Baiturrahman
  aceh sendiri beribukota di aceh darussalam, pertama kali aceh berdikiri oleh kesultanan aceh, kesultanan  ini didirikan oleh Marah silu, yang bergelar Malik al-Saleh, pada sekitar tahun 1267 dan berakhir dengan dikuasainya Pasai oleh Portugis pada tahun 1521. Raja pertama bernama Sultan Malik as-Saleh yang wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, kemudian dilanjutkan pemerintahannya oleh Sultan Malik at-Thahir.

 kerajaan aceh tersebut juga didalamnnya terdapat kesultanan samdura pasai yang 

berdiri pada pertengahan abad ke-13 Masehi. Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Malikussaleh atau Malik al-Saleh. Kerajaan ini terletak di Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Wilayah tersebut diapit oleh dua sungai besar yaitu Sungai Peusangan dan Sungai Pasai. kesultanan samdera pasai ini kerajaan islam pertama dinusantara.

melawan domnasi asing/penjajah portugis diaceh

 Pada tahun 1521 di bawah pimpinan Sultan Zain Al-Abidin, Portugis menyerang kerajaan ini karena iri dengan kemajuan dagang mereka yang begitu pesat. Angkatan perang Portugis yang lebih kuat, akhirnya mereka berhasil menaklukkan Kerajaan Samudera Pasai.

 Keadaan kerajaan yang melemah ini, kemudian dimanfaatkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, raja Kerajaan Aceh Darussalam untuk mengambil alih Kerajaan Samudera Pasai. Pada tahun 1524, akhirnya Kerajaan Samudra Pasai dimasukkan ke dalam wilayah Kerajaan Aceh Darussalam.

 Kehadiran Portugis di perairan Hindia menimbulkan masalah terutama hubungan Islam dan Kristen. Saat tiba di perairan Hindia ini, semangat reconquista orang-orang Kristen Portugis kembali berkobar mengingat para penguasa yang ada kawasan ini sebagian besar adalah muslim.

Vasco da Gama sebagai orang Portugis pertama yang berhasil memasuki perairan India tahun 1498 melalui Tanjung Harapan telah membuka jalan bagi militer Portugis untuk menguasai wilayahwilayah di kawasan ini.9 Portugis yang berupaya menerapkan sistem monopoli perdagangan, tidak diterima oleh penguasa lokal sehingga pertempuran di antara keduanya tidak terelakkan. Dalam perkembangannya, Portugis sukses menaklukkan beberapa wilayah di antaranya selat Hormuz (1506 M), India (1508 M) dan Malaka (1511 M).10 Di sisi lain,

kedatangan Portugis di India tahun 1498 M ini telah menyebabkan adanya pertemuan dua kelompok oposisi; yaitu Muslim dan Kristen. Di satu sisi umat Islam berada di sini selama ratusan tahun dan menjadikan perairan Hindia sebagai kawasan perdagangan yang menguntungkan dan di sisi lain, Portugis memandang umat Islam sebagai musuh bebuyutan mereka.11 Beberapa tahun setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis,

muncul Kerajaan Aceh Darussalam. Semenjak kehadiran Portugis, Malaka yang awalnya menjadi pusat perdagangan bagi masyarakat sekitar wilayah Nusantara tidak lagi ramai dikunjungi pedagang muslim. Sebagai alternatif, pelabuhan Aceh lambat laun mengambil alih perdagangan. Bahkan tidak hanya pelabuhan Aceh yang menjadi semakin ramai, beberapa pelabuhan lainnya seperti pesisir barat Borneo, 

melawan domnasi asing/penjajah portugis diaceh

Persekutuan Aceh-Turki Utsmani secara tak resmi sudah ada sejak tahun 1530-an.Sultan Alauddin al-Qahhar berkeinginan mengembangkan hubungan tersebut, untuk mencoba mengusir Portugis dari Malaka, dan memperluas kekuasaannya di Sumatra. Menurut catatan yang ditulis oleh penjelajah Portugis Fernão Mendes Pinto, armada Kesultanan Utsmaniyah yang pertama kali tiba di Aceh terdiri dari 300 orang dari Utsmaniyah (Termasuk orang Mesir), Swahili, Somalia dari Mogadishu dan berbagai negara kota, orang Sindhi dari kota Debal dan Thatta, orang Gujarat dari Surat, dan sekitar 200 pelaut Malabar dari Janjira untuk membantu merebut wilayah "Batak" dan Asia Tenggara Maritim pada tahun 1539.

Setelah tahun 1562, Aceh tampaknya sudah menerima bala bantuan Turki yang memungkinkannya menaklukkan Kerajaan Aru dan Johor pada tahun 1564.

Pengiriman duta ke Istanbul pada tahun 1564 dilakukan oleh Sultan Husain Ali Riayat Syah. Dalam suratnya kepada Porte Usmaniyah, Sultan Aceh menyebut penguasa Utsmaniyah sebagai Khalifah (penguasa) Islam.

Setelah mangkatnya Suleiman pada tahun 1566, anandanya Selim II memerintahkan pengiriman armada ke Aceh. Sejumlah prajurit, pembuat senjata, dan insinyur diangkut oleh armada tersebut, bersama dengan pasokan senjata dan amunisi yang melimpah. Armada pertama terdiri atas 15 galai yang dilengkapi dengan artileri, tetapi dialihkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman.  Akhirnya, hanya 2 kapal yang tiba antara tahun 1566–1567, tetapi sejumlah armada dan kapal lain menyusul. Ekspedisi itu dipimpin oleh Kurdoglu Hizir Reis. Orang Aceh membayar kapal tersebut dengan mutiara, berlian, dan rubi. Pada tahun 1568, Aceh menyerang Malaka, meskipun Turki tak tampak ikut serta secara langsung.

Perang melawan Aceh terhadap belanda

Aceh meminta perlindungan dengan persetujuannya yang sudah lebih dulu tercapai dengan Kesultanan Usmaniyah sebagai salah satu dependensinya, tetapi klaim itu ditolak oleh kuasa Barat yang takut bila kejadian masa lalu terulang. Armada yang dipersiapkan untuk membantu Aceh sendiri pada akhirnya dialihkan untuk menumpas pemberontakan Zaidiyah di wilayah Yaman.

namun, dengan akhinya pengaruh belanda dinusantara yang membuat kesultanan ustmani mengirim bantuan militer dan kedutaan untuk membela atau perang ke kesultanan aceh dengan belanda.

namun pada pada tahun 1873, klaim itu pengajuan oleh kerajaan aceh ditolak oleh kuasa kerajaan turki ustman saat itu karena terlalu jauh untuk mengontrol koloninya dinusantara, dan takut negara lain atau kerajaan lain iri dan ikut mengajukan kembali,


kelompok pejuang aceh teuku umar
 saat itu setelah menolak ustmani ingin kembali mengirim armada militernya kembali meminta bantuan kembali setelahnya yang sudah lebih dulu dengan Kesultanan Usmaniyah sebagai salah satu dependensinya, Armada yang dipersiapkan untuk membantu Aceh sendiri pada akhirnya dialihkan untuk menumpas pemberontakan Zaidiyah di wilayah Yaman.dipersiapkan untuk membantu Aceh sendiri pada akhirnya dialihkan untuk menumpas pemberontakan Zaidiyah di wilayah Yaman.

Selain menghadapi semangat rakyat Aceh yang tidak pernah padam, pasukan Belanda juga harus menaklukkan medan yang berat. Untuk kelancaran gerakan, selain membangun rel-rel kereta api Belanda juga membentuk armada pedati. Barang-barang keperluan pasukan Marsose diangkut menggunakan gajah melewati sungai dan perbukitan Pejuang-pejuang Aceh yang bermodal senjata tradisional sama sekali tidak paham bagaimana menggunakan granat-granat Belanda, namun mereka mampu membuat granat berubah fungsi sebagai ranjau darat untuk meledakkan rel kereta api. Sehingga pihak Belanda harus melakukan pemeriksaan dengan rel kereta api berlapis baja setiap pagi sebelum melakukan perjalanan. Untuk menghemat lokomotif yang mahal, kereta api berlapis baja ini bekerja dengan cara didorong oleh narapidana kerja paksa Tidak hanya itu, rakyat Aceh juga melalukan pengrusakan kawat telepon dengan cara di potong.

Dalam upaya menaklukkan perang di Aceh pemerintah Hindia Belanda mengirim seorang penasehat yang cukup berperan, yaitu Snock Hurgronjre. Mulai bulan Juli 1891 hingga Februari 1892 Snock menyelidiki mengenai agama dan politik di Aceh. atau ulama palsu dari belanda yang menyamar menjadi ulama aceh untuk mempecah belah pandangan atau keyakinan aceh terhadap belanda,,

pembentukan Diplomatik atau aliansi Aceh Turkey Ustamni

Hubungan luar negeri Aceh di bawah Ibrahim dan Mahmud patut mendapat perhatian khusus, karena menjadi alasan bagi Belanda untuk menyatakan perang melawan Aceh pada tahun 1873 M.

bentuk piagam penghargaan aliansi aceh tukri
Di bawah Ibrahim Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Negara-negara Eropa yang telah kehilangan kontak seluruhnya. dengan kesultanan yang jauh letaknya itu sejak abad ke 17. Di antara Negara-negara yang paling menarik bagi Aceh adalah Turki, yang masih dibayangkannya sebagai Negara kuat seperti pada abad ke 16. Waktu dan jarak telah mengikis substansi politik penyerahan diri Aceh ke bawah duli "Raja Rum" pada tahun 1560-an, namun ikatan batin antara keduanya tidak pernah mati.

      baca selengakapnya:  SEKRETARIAT MAJELIS ADAT ACEH - aceh Türkiye diplomatic relations

Hubungan politik yang sangat baik antara Aceh dan Turki itu diperbaharui pada tahun 1850. Sultan Ibrahim mengirim seorang utusan untuk meminta agar Aceh kembali dipertimbangkan untuk dijadikan salah satu Provinsi di bawah kekairasan Ottoman. Tersanjung dan merasa bahagia, Sultan Abdul Mejid mengeluarkan dua maklumat, satu memperbaharui perlindungan Turki atas Aceh, dan satu lagi meneguhkan kedudukan Ibrahim sebagai raja. Gubernur Yemen diperintahkan untuk menjaga kepentingan Aceh. 'Beberapa tahun kemudian, Ibrahim mengirim $10.000,- untuk sumbangan perang Turki di Crimea dan dianugerahi bintang kehormatan Mejidie."

Pada masa Ibrahim mengirim utusan-utusannya itu, ia belum dihadapkan kepada agresi Eropa. Oleh karena itu, makna politik dari pengiriman utusan-utusan itu terbatas pada pengokohan kedudukannya terhadap Sulaiman, yang sebenarnya lebih berhak menduduki tahta kerajaan. Ibrahim tampaknya juga tidak berusaha mengingatkan Turki kepada kedua maklumat yang dikeluarkannya, ketika ia benar-benar membutuhkan bantuan asing untuk melawan Belanda pada tahun 1862-1865. Namun pada waktu itu, gerak maju Eropa yang merugikan kaum Muslim di Afrika Utara, Timur Tengah, India dan Asia Tengah memberikan warna politik kepada cita-cita lama kaum Muslim untuk mewujudkan masyarakat Muslim bersatu. 

Aceh saat ini
indonesia waktu itu masih Berdasarkan konstitusi tersebut bentuk negara Indonesia adalah serikat atau federasi yang terdiri dari 15 negara bagian termasuk aceh.yang memiliki hak kebebasan kesultanan kerjaan membolehkan wewenang atau memperoleh kekuasaan negara bagian dibawah kekuasanindonesia serikat untuk berkuasa (yang artinya memiliki hak kembali wewenang berkuasa dan  kebebasan atau dibentuk negara atau kerajaan diwilayahnya masing-masing dibawah naungan kekuasaan republik indonesia serikat) 

namun pada akhirnya pemerintah saat itu membubarkan kembali indonesia serikat menjadi demokrasi termpimpin pusat, karena negara federasi yang sesuai dan bertentangan dengan UUD45 maka dari itu lahirlah demokrasi terpimpin dimana hak politik rakyat kekuasaan dibatasi dan semua kekuasaan ada dibawah presiden alasannya karena bakal susah atau hilang kendali untuk pengawasan dan kurang relavan yang membuat kesultanan aceh tak lagi memiliki pengaruh kekuasaan, dimana ir soekarno menginginkan sistem yang lebih mirip dengan konsep feodal atau keluarga dalam masyarakat Indonesia, dengan kepala keluarga sebagai pemimpinnya.di mana semua kekuasaan terpusat di tangannya

setalah dicanangkannya terpimpin wilayah aceh dan sumatera utara digabung menjadi satu, dimana kesultanan aceh merasa saat itu sistem terpimpin yang dibuat soekarno melanggar aturan, ingkar atau menyalahi aturan yang membuat kesultan-kesultanan dinusantara termasuk kesultanan aceh kehilangan kekuasaan wilayahnya dan termasuk pengaruh kekuasaan wilayahnya

walaupum begitu kesultanan tidak lagi memilik penmgaruh/kewenangan kekuasaan, walau begitu indonesia masih  memelihara dan memberi  keistimewa terhadap keturan-keturan kesultanan (Keluarga kesultanan) di nusantara ini yg masih eksis hingga saat ini, dimana bentuk eksis sendiri wilayah aceh diberikan hak otonom daerah artinya memiliki kewenangan membuat aturan dan hukum sendiri, 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "[SEJARAH] pengaruh kesultanan aceh yang menjadi aliansi ke-khalifahan ustmani"

Post a Comment

silahkan untuk berkomentar disini ,,,,,

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel